VIVAnews - Perusahaan besar seperti Google menjadi idaman bagi para pencari kerja. Tak heran dalam setahun, Google mengaku menerima 2,5 sampai 3,5 juta lamaran kerja.
Jumlah pelamarnya sangat banyak, padahal Google mengaku hanya butuh 4.000 karyawan saja. Dalam wawancara dengan beberapa media, dilansir Business Insider, Jumat 25 April 2014, Senior Vice President of People Operation Google Laszlo Bock membeberkan apa saja yang didalami dari calon karyawan saat wawancara.
Berikut beberapa profil yang diinginkan Google dalam menyaring karyawannya:
Google tak mencari ahliJangan minder. Google mengatakan tak butuh orang yang ahli dalam sebuah bidang. Perusahaan internet itu lebih suka mempekerjakan orang yang pintar dan memiliki rasa penasaran. Bock menyebutkan tipikal orang yang mau belajar kuat umumnya dapat bekerja dengan baik, lebih dibutuhkan perusahaan.
Google tak butuh orang dengan kognitif tinggiBock mengatakan perusahaan tak pernah berhasrat merekrut orang dengan standar kognitif tinggi. Google lebih senang mempekerjakan orang yang punya rasa ingin tahu, cemerlang. Mereka dianggap mau belajar dan memungkinkan mendatangkan solusi baru yang belum pernah muncul sebelumnya.
Google ingin orang yang tabahGoogle mencari-cari calon karyawan yang memiliki ketabahan dalam menghadapi tantangan. Google merujuk pada sebuah hasil penelitian, ketabahan dalam arti mampu bertahan dalam pekerjaan yang sulit, lebih penting dalam menggapai kesuksesan dibanding karyawan yang memiliki kemampuan IQ.
Google ingin orang yang mampu menangani proyek sulitDalam wawancara, Google mengajukan pertanyaan seputar pengalaman konkret calon karyawan. Misalnya ditanyakan, "Beri saya contoh saat Anda memecahkan masalah sulit secara analitik."
Menurut Bock, dengan meminta kandidat untuk berbicara pengalaman mereka, maka Google mendapatkan dua informasi penting. "Anda akan melihat bagaimana kandidat benar-benar berinteraksi dalam situasi dunia nyata dan perasaan apa yang dianggap sulit oleh kandidat," kata Bock.
Google ingin kandidat dengan kemampuan analitisDalam wawancara, keterampilan praktik ilmu komputer sangat penting. Menurut Bock, kemampuan itu menunjukkan pemahaman calon karyawan dalam menerapkan informasi dan berpikir secara formal, logis dan terstruktur. Ditegaskan jika pernah mendalami pelatihan analitik, maka pelamar sebenarnya telah memiliki poin di hadapan Google.
Google tak butuh IPK Anda!Jangan berharap nilai di ijazah Anda akan dilirik Google. Google memastikan skor tes dan IPK tidak ada korelasinya dengan kesuksesan di perusahaan. Bahkan Bock menegaskan lingkungan akademik sebenarnya adalah lingkungan buatan. "Kami ingin orang yang suka mencari tahu hal-hal yang mana tak ada jawaban yang jelas," kata dia.
Google ingin tahu pencapaian calon karyawanDalam wawancara, calon karyawan akan dibandingkan pencapaian di bidang tertentu dengan calon yang lain. Bock mencontohkan Google akan lebih memilih calon kandidat yang memiliki prestasi publik.
Google ingin peran kepemimpinan karyawanStandar Google tak peduli dengan profil seseorang yang cepat mencapai posisi penting dalam sebuah hirarki perusahaan. "Kami tak peduli itu," kata Bock.
Google, imbuh Bock, lebih peduli kepada calon karyawan yang bisa memerankan sikap seorang pemimpin dalam sebuah tim. "Ketika dihadapkan dengan masalah dan Anda seorang tim, apakah Anda pada waktu yang tepat, masuk dan memimpin," kata dia.
Menurutnya, dari momentum ini akan terlihat bagaimana sikap kepemimpinan seseorang karyawan, apakah akan mundur dan berhenti atau mengambil sikap lain.
Google ingin karyawan yang punya rasa memilikiRasa memiliki perusahaan dan sebuah proyek jadi syarat yang dipatok oleh Google. Pasalnya dengan rasa ini, karyawan tentu akan turut terjun menyelesaikan kendala dan masalah yang dihadapi perusahaan.
"Tujuan akhir Anda yaitu apa yang bisa kita lakukan bersama-sama untuk memecahkan masalah, Bahwa saya telah memberikan kontribusi bagian saya," jelas Bock.
Google ingin karyawan rendah hatiGoogle berpandangan sikap rendah hati dapat menunjang kesuksesan karyawan di perusahaan. Sebab dengan profil rendah hati, karyawan tak merasa paling pintar, tetap mau belajar. "Tanpa kerendahan hati, Anda tak dapat belajar," ujar Bock. (ita)
0 komentar :
Posting Komentar